Apakah semua hadits yang tercatat dalam Shahih Bukhari benar-benar shahih? Pertanyaan ini mungkin terdengar mengejutkan, bahkan tabu. Namun, inilah pertanyaan berani yang diajukan buku ini.
Melalui kajian kritis dan telaah mendalam, buku “Kacaunya Shahih Bukhari” menyingkap sisi-sisi yang sangat jarang disentuh: kontradiksi, kejanggalan, hingga riwayat-riwayat yang menggoyahkan klaim bahwa kitab ini “paling shahih setelah Al-Qur’an.”
Buku ini bukan sekadar kritik, tetapi ajakan untuk berfikir jernih dan berani melakukan tabayyun—menguji kembali apa yang selama ini dianggap tak tersentuh. Dengan bahasa lugas dan argumen yang tajam, penulis membuka ruang diskusi yang selama ini tertutup rapat.
Apakah Anda siap menggugat keyakinan lama dan melihat Bukhari dari kacamata yang baru? Bersiaplah, karena sekali membuka halaman pertama, Anda tidak akan melihat Shahih Bukhari dengan cara yang sama lagi ..!
—————————–
Bara Ilmika adalah putra seorang penulis buku tasawuf modern yang kontroversial di Indonesia. Bara kecil sudah akrab dengan pemikiran-pemikiran spiritual hasil provokasi sang ayah. Berbagai hal fundamental terkait ketuhanan dan kehidupan sesudah mati acapkali dilayangkan kepada- nya. Membuat Bara seringkali bertanya-tanya tentang hakikat kehidupan.
Kegelisahan itu semakin menguat ketika Bara menuntut ilmu di Macquarie University, Sydney, Australia. Lingkungan islami dimana Bara tumbuh sama sekali berbeda dengan yang ia dapati di masa kuliahnya itu. Bara menjadi sering bersinggungan dengan kultur dan gaya hidup yang sama sekali tidak islami. Membuatnya kerap mempertanyakan apa pentingnya agama ketika mereka yang ateis pun bisa hidup sukses dan bahagia.
Perjalanan hidupnya itu membuat Bara terus mencari pertanggungjawaban atas keresahan spiritualnya. Tokoh-tokoh seperti Zakir Naik, Mufti Menk, Omar Sulai- man, Uthman ibn Farooq, Muhammad ‘Ali, Nouman ‘Ali Khan, dan Shabir Ally begitu lekat di telinganya. Begitu pun ilmu dari sang ayah terkait cara memahami al-Quran dengan metode ayat-bil-ayat, yang sangat membantunya memahami al-Quran.
Kegelisahan itu pula yang membuat Bara kini bertekad mendedikasikan hidupnya untuk memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia Islam. Ia hendak memberikan pembanding terhadap pemahaman Islam tradisional yang dianggapnya kerap keluar jalur dari semangat ajaran al-Quran.
Dengan begitu, Bara berharap umat Islam tidak lagi beragama hanya ikut-ikutan saja tanpa memahami esensinya. Apalagi mempercayakan masa depan akhirat mereka kepada sumber-sumber selain al-Quran semata. Karena, Allah memang mengutus kita untuk berpegang teguh hanya kepada petunjuk-Nya yang sudah dijamin kebenaran dan keotentikannya
Ulasan
Belum ada ulasan.